Kamis, 30 Desember 2010

Sekilas Tentang Sepeda Fixie Atau Single Gear

Sepeda Fixie identik dengan gaya minimalis, murah dan tidak ribet. Sepeda Fixie tidak memiliki rem, pedal terus berputar selama roda mengelinding. Itulah sepeda yang sedang tren dikalangan muda sampai pekerja. Mengunakan sepeda tidak hanya sebagai alat transportasi, tetapi untuk gaya hidup. Membangun sepeda Fixie boleh dibilang gampang gampang susah, urusan komponen begitu banyak dan sebagian bisa dikombinasikan dengan komponen sepeda balap. Hanya sepeda Fixie lebih sederhana, ibarat kalangan muda dengan gaya tersendiri sehingga bisa membuat sepeda sesuka hati.

Apakah ciri dari sepeda Fixie.

Sepeda Fixie identik dengan sepeda tanpa rem, tanpa gear dinamis belakang. Semua dibuat fix, roda berputar maka pedal ikut berputar. Mengerem sepeda Fixie hanya mengandalkan kekuatan pedal dengan menahan laju atau mendorong pedal ke belakang serta dibantu dari roda depan.


Ban sepeda Fixie juga tipis, sehingga ringan ketika di genjot. dan yang lain menarik pada bagian stang. Dimana stang atau handlebar sepeda Fixie dibuat dengan tegak lurus. Minimalis disain menjadi ciri sepeda single speed ini.


Bagaimana memiliki, membangun atau membuat sepeda Fixie.
Ada 2 pilihan.

Beli jadi, menghemat waktu dan tenaga, harga tergantung hati dan budget. Pilihan ini baik untuk mereka yang belum memiliki rangka sepeda atau tidak mau repot. Harga relatif lebih mahal, dan komponen umumnya lebih bermutu.

Harga sepeda Fixie untuk minimum dengan komponen seadanya dapat mencapai 1.5 juta. Harga sepeda Fixie yang cukup lumayan sekitar 2.5 juta atau lebih. Sedangkan harga sepeda Fixie rakitan tipe generic dengan komponen cukup baik mencapai 3.5 juta keatas. Tipe sepeda fixie bermerek umumnya berada di atas 4 juta, tergantung komponen yang sedang in.

Merakit atau modifikasi dari sepeda bekas.

Yang ini lebih repot, tetapi ketika jadi akan memenuhi hati pemiliknya. Beli dari rangka kosong sudah banyak dijual, atau bisa memilih rangka polos dan di cat sendiri.

Bisa juga mengunakan frame sepeda balap lama. Komponen dari roda dilepas dan diganti dengan komponen sepeda Fixie yang simpel. Untuk ukuran frame sepeda balap tua umumnya masih bisa dipakai, rata rata sepeda Fixie dirancang untuk ban 700C. Jadi bisa saja sepeda jenis road bike lama memasukan hub jenis 700c yang lebih kecil. Ingin meninggalkan sejarah pada sepeda, boleh juga mempertahankan bagian stang road bike. Sisanya boleh di modifikasi.

Harga sepeda Polygon Fixie Zenith FX 2011 misalnya dijual sekitar 3.9 juta saja, dan sudah siap dipakai

Harga frame fixie polos. Mau merakit sendiri, frame termurah dan polos tanpa cat ada yang menjual dengan harga 500 ribuan tipe besi, aluminium lebih mahal, dan terus naik untuk model yang sudah di cat.

Apa keunikan dari sepeda Fixie
Ini gaya sepeda anda, masalah warna mengikuti selera. Komponen sepeda Fixie tahun ini sudah sangat banyak dan murah. Mau menganti ban dengan warna merah juga boleh, atau kuning susu juga ada, atau membuat sepeda dengan warna putih semuanya juga bisa.

Urusan frame, bila membeli frame jenis rakitan lebih seru. Beli frame polos lalu di cat sesuka hati pemiliknya.
Velg atau Rim Fixie, memiliki beraneka model walaupun bentuknya sama bundar tetapi ada beberapa velg dibuat lebih tebal. Warnanya dari hitam dan putih sudah banyak dipasaran.

Urusan Stang sepeda Fixie juga unik. Dibuat lebih pendek sehingga bisa menyelinap diantara kemacetan kendaraan. Ingin mempertahankan stang atau handlebar sepeda lama juga boleh.Yang paling asik dengan sepeda Fixie, sepeda ini bisa maju mundur sesuka hati. Digenjot bisa maju atau digenjot kebelakang maka sepeda akan mundur. Maklum sepeda ini umumnya mengunakan gigi belakang tipe fix gear atau gear tetap.

Yang pasti , karena mengikuti gaya minimalis. Sepeda Fixie memang ringan. Rata rata beratnya tidak lebih dari 11kg, bahkan ada yang jauh lebih ringan.

sumber;  http://www.goesbike.com/articles/791/1/Tentang-sepeda-Fixie-atau-single-gear-bike-Update/Page1.html

Tips Renovasi Rumah Dengan Dana Terbatas

DANA adalah faktor penting untuk memuluskan keinginan seseorang merenovasi rumah. Sehingga, membuat perencanaan secara matang adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Terlebih, saat ini harga bahan bangunan dan ongkos tukang kian melonjak

.
Nah, bagi Anda yang sedang berencana melakukan renovasi rumah, Simak tips berikut beberapa di antaranya:

1. Tetapkan prioritas dalam melakukan renovasi. Artinya, renovasi rumah harus disesuaikan dengan tingkat keutamaan (urgency)

2. Utamakan renovasi berdasarkan kepentingan atau fungsi dan bukan gengsi (estetika)

3. Pilih material yang dapat digunakan untuk jangka panjang. Jangan ragu menggunakan material yang lebih mahal tapi berkualitas dan punya masa pakai lebih panjang dibanding material murah, bentuknya bagus tapi tidak tahan lama. Sebut saja cat, kayu untuk kusen, material untuk pintu atau jendela, kunci pintu atau jendela, dan sebagainya.

4. Lakukan survei harga material dan upah terlebih dahulu sebelum memutuskan memilih suatu jenis bahan material tertentu.

5. Lakukan konsultasi atau survei pada rekan atau pemilik rumah yang sudah direnovasi. Berdasarkan hasil konsultasi dan survei itu, Anda bisa melakukan perbandingan harga.

6. Usahakan untuk selalu berpedoman pada anggaran asal yang sudah ditetapkan. Jangan melakukan perubahan di tengah-tengah progress renovasi. Sebab, hal itu justru bisa membuat dana renovasi membengkak dan tidak terkendali.

7. Bagi Anda yang menggunakan dana pinjaman untuk merenovasi rumah ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain:

a. Sesuaikan besaran pinjaman dengan tingkat pendapatan kita. Jika rumah yang akan direnovasi hasil kredit, maka pinjaman akan makin menyulitkan kondisi keuangan keluarga.

b. Perhatikan tingkat bunga pinjaman dan tempo waktu pengembalian dana

c. Pastikan bahwa keputusan renovasi itu memang memiliki alasan kuat.

Jadi pastikan anda punya perhitungan yang matang sebelum me renovasi rumah

sumber ; http://www.kiwod.com/, http://www.flickr.com/photos/rony_design/sets/72157625520455370/

Sejarah Singkat Lahirnya Lamongan

Kota Lamongan ternyata lahir pada hari kamis tanggal 10 dDzulhijah tahun 976 Hijriyah, atau hari kamis pahing tanggal 26 Mei 1569 Masehi, kebetulan pada hari itu Adipati Lamongan pertama di Wisuda, yaitu Tumenggung Surajaya
Waktu mudanya Tumenggung Surajaya bernama Hadi, karena mendapatkan pangkat rangga, maka ia lalu disebut Ranggahadi. Ranggahadi kemudian juga bernama mBah Lamong, yaitu sebutan yang diberikan oleh rakyat daerah ini. Karena Ranggahadi pandai Ngemong Rakyat, pandai membina daerah dan mahir menyebarkan ajaran agama Islam serta dicintai oleh seluruh rakyatnya, dari asal kata mbah Lamong inilah kawasan ini lalu disebut Lamongan.
 

Adapun yang mewisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama, tidak lain adalah Kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar Sunan Prapen. Wisuda tersebut bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah masuk agama Islam dan para Sentana Agung Kasunanan Giri. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

Oleh karena itu, maka Panitia Khusus Penggali Hari Jadi Lamongan mencari pembuktian sebagai dasar yang kuat guna mencari dan menetapkan tanggal, hari dan bulannya. Setelah Panitia menelusuri buku sejarah, terutama yang bersangkutan dengan Kasunanan Giri, serta Sejarah para wali dan adat istiadat di waktu itu, akhirnya Panitia menemukan bukti, bahwa adat atau tradisi kuno yang berlaku di zaman Kasunanan Giri dan Kerajaan Islam di Jawa waktu itu, selalu melaksanakan pasamuan agung yang utama dengan memanggil menghadap para Adipati, Tumenggung serta para pembesar lainnya yang sudah memeluk agama Islam. Pasamuan Agung tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Hari Peringatan Islam tanggal 10 Dzulhijjah yang disebut Garebeg Besar atau Idhul Adha.


Berdasarkan adat yang berlaku pada saat itu, maka Panitia menetapkan wisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama dilakukan dalam pasamuan agung Garebeg Besar pada tanggal 10 Dzulhijjah Tahun 976 Hijriyah. Selanjutnya Panitia menelusuri jalannya tarikh hijriyah dipadukan dengan jalannya tarikh masehi, dengan berpedoman tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriyah jatuh pada tanggal 16 Juni 622 Masehi, akhirnya Panitia Menemukan bahwa tanggal 10 Dzulhijjah 976 H., itu jatuh pada Hari Kamis Pahing tanggal 26 Mei 1569 M.

Dengan demikian jelas bahwa perkembangan daerah Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah Kabupaten Lamongan, sepenuhnya berlangsung di jaman keislaman dengan Kasultanan Pajang sebagai pusat pemerintahan. Tetapi yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan menjadi Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/mewisuda Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama bukanlah Sultan Pajang, melainkan Kanjeng Sunan Giri IV. Hal itu disebabkan Kanjeng Sunan Giri prihatin terhadap Kasultanan Pajang yang selalu resah dan situasi pemerintahan yang kurang mantap. Disamping itu Kanjeng Sunan Giri juga merasa prihatin dengan adanya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa yaitu orang Portugis yang ingin menguasai Nusantara khususnya Pulau

Sumber; Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rabu, 22 Desember 2010

Makna Lambang Kotaku Lamongan

Sebuah bentuk segi lima sama sisi dan undak bertingkat lima, Bintang bersudut lima, Sebuah keris, Bukit atau gunung yang tidak bertepi, Ikan lele, Ikan Bandeng, Air beriak di dalam tempayan, Tempayan Batu, Padi dan Kapas, Pita yanga bertuliskan Lamongan

Bentuk segilima sama sisi pada lambang Kabupaten Lamongan tersebut dan gambar Undak bertingkat lima melambangkan Dasar Negara Pancasila

Bintang bersudut lima memancarkan sinar kearah penjuru melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Keris yang melambangkan Kewaspadaan dan bahwa kabupaten Lamongan mempunyai latar belakang sejarah kuno yang panjang

Bukit atau gunung yang tidak berapi melambangkan Bahwa kabupaten Lamongan memiliki pula daerah pegunungan yang di dalamnya terkandung bahan-bahan yang penting untuk pembangunan

Ikan Lele melambangkan Sikap hidup yang ulet tahan menderita, sabar tetapi ulet, bila diganggu ia berani menyerang dengan senjata patilnya yang ampuh

Ikan Bandeng melambangkan Potensi komoditi baru bagi Kabupaten Lamongan yang penuh harapan dimasa depan

Air beriak di dalam tempayan melambangkan Bahwa air selalu menjadi masalah di daerah ini, dimusim hujan terlalu banyak air dimusim kemarau kekurangan air

Tempayan Batu melambangkan Tempat air bersih yang dapat diambil oleh siapapun yang memerlukan dan bahwa Daerah Lamongan memiliki latar belakang sejarah yang panjang. Padi dan Kapas melambangkan Kemakmuran rakyat dalam arti kecukupan pangan, sandang dan lain-lainnya
Sumber ; http://campurantop.blogspot.com/2010/03/arti-lambang-kabupaten-lamongan.html

Segarnya Es Dawet Siwalan

Setelah mendengar nama kota Lamongan, pasti yang terfikir dari banyangan anda pasti kulinernya yang khas. Yaa Lamongan sendiri lebih dikenal dengan sebutan kota Soto atau Tahu Campur. Dua kuliner ini memang menjadi ikon kota yang juga mempunyai Tim sepak bola nasional ini. Selain Soto dan Tahu Campur, kota ini juga memiliki kuliner yang tidak ada duanya di kota lain, yakni sego boranan atau nasi boran.


Setelah membicarakan kuliner yang ada di kota tambak ini, tidak afdhol kalau abis makan tanpa minum, nah kota Joko Tingkir ini mempunyai minuman khas yang tiada banding, Namanya Es Dawet Siwalan. Seperti pada umumnya es dawet sendiri terbuat dari santan kelapa yang di padu dengan sirup dan cendol. Tapi dawet siwalan ini berbeda dengan dawet-dawet di kota lain, dawet ini di campur dengan gula aren atau gula legen dan isinya memakai buah siwalan, buah siwalan ini adalah buah dari pohon lontar. Nah di daerah pesisir Lamongan, yakni di sepanjang jalan raya Paciran terdapat beberapa penjual Dawet Siwalan dan Es Legen, mereka bisanya buka dari jam 09.00 sampai 16.00 WIB.

Bagi anda yang penasaran dengan rasa nimat Es Dawet Siwalan, segera aja berkunjung ke daerah Paciran pesisir utara Lamongan. Pasti dijamin enggak rugi dab bakal ketagihan..!!

Rabu, 15 Desember 2010

Kemegahan Klenteng Kwan Sing Bio

 

Klenteng Kwan Sing Bio merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara yang terletetak di Tuban. Klenteng Kwan Sing Bio ini berdiri pada abad 18 dibangun diatas tanah seluas 2,1 Ha, bangunan dari klenteng ini menghadap ke laut utara dengan simbol kepiting yang jarang ditemui di klenteng lain. Klenteng Kwan Sing Bio ini bangunan utamanya adalah pindahan dari klenteng yang ada di Tambakboyo.


Bangsa Tionghoa banyak membawa pengaruh kepada masyarakat setempat. Beberapa diantaranya adalah kebudayaan, adat istiadat dan agama. Bukti-bukti ini dapat dilihat dari beberapa peninggalan mereka yang hampir tersebar diseluruh wilayah nusantara.


 Salah satu peninggalan tersebut ada di daerah Tuban yang berupa klenteng. Klenteng yang menghadap ke laut ini dikenal dengan nama Klenteng "Kwan Sing Bio".

Klenteng ini diperkirakan telah berumur lebih dari ratusan tahun, didirikan pada tahun 1928.Tempat peribadatan ini banyak dikunjungi tidak hanya oleh umat yang ada di dalam negeri tetapi juga umat dari negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand.

 
klenteng ini sangat mudah di kunjungi karena terletak di jalan utama (jalur Surabaya-Semarang) dan semua angkutan kota pasti melewatinya.
 

Kisah Perjuangan Ronggolawe

Ranggalawe (wafat: 1295) adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur sampai saat ini.

Peran Awal
Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe menyebut Ranggalawe sebagai putra Arya Wiraraja bupati Songeneb (nama lama Sumenep). Ia sendiri bertempat tinggal di Tanjung, yang terletak di Pulau Madura sebelah barat.

Pada tahun 1292 Ranggalawe dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit. Konon, nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari Wenang, yang berarti "benang", atau dapat juga bermakna "kekuasaan". Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.

Selain itu, Ranggalawe juga menyediakan 27 ekor kuda dari Sumbawa sebagai kendaraan perang Raden Wijaya dan para pengikutnya dalam perang melawan Jayakatwang raja Kadiri.

Penyerangan terhadap ibu kota Kadiri oleh gabungan pasukan Majapahit dan Mongol terjadi pada tahun 1293. Ranggalawe berada dalam pasukan yang menggempur benteng timur kota Kadiri. ia berhasil menewaskan pemimpin benteng tersebut yang bernama Sagara Winotan.

Jabatan di Majapahit
Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Ranggalawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama Jawa Timur saat itu.

Prasasti Kudadu tahun 1294 yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit pada awal berdirinya, ternyata tidak mencantumkan nama Ranggalawe. Yang ada ialah nama Arya Adikara dan Arya Wiraraja. Menurut Pararaton, Arya Adikara adalah nama lain Arya Wiraraja. Namun prasasti Kudadu menyebut dengan jelas bahwa keduanya adalah nama dua orang tokoh yang berbeda.

Sejarawan Slamet Muljana mengidentifikasi Arya Adikara sebagai nama lain Ranggalawe. Dalam tradisi Jawa ada istilah nunggak semi, yaitu nama ayah kemudian dipakai anak. Jadi, nama Arya Adikara yang merupakan nama lain Arya Wiraraja, kemudian dipakai sebagai nama gelar Ranggalawe ketika dirinya diangkat sebagai pejabat Majapahit.

Dalam prasasti Kudadu, ayah dan anak tersebut sama-sama menjabat sebagai pasangguhan, yang keduanya masing-masing bergelar Rakryan Mantri Arya Wiraraja Makapramuka dan Rakryan Mantri Dwipantara Arya Adikara

Masjid Agung Tuban dan Sejarah

Masjid yang berlokasi di kelurahan Kutarejo, kecamatan Tuban ini didrikan pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo (Syeh Abdurrahman), Bupati Tuban ke-7, dimana saat itu ialah awal permulaan pemerintahan Islam, belio wafat pada tahun 1460 (abad ke-15).

Namun secara pasti pendiri masjid ini tidak tercatat. Pembangunan masjid ke dua dilakukan pada tahun 1894 M pada masa pemerintahan Bupati Raden Tumenggung Kusumodigdo. Arsitektur bangunan masjid dibuat oleh Toewan Opzichter B.O.W.H.M. Toxopeus. Pembangunan yang selesai dan diresmikan pada tanggal 28 Juli 1894 ini telah mengalami perbaikan pada tahun 1985.


Tahun 2004 renovasi dilakukan oleh pemerintah kabupaten Tuban dengan tidak mengubah bangunan aslinya, hanya menambah sayap kiri dan kanannya dengan mengadopsi arsitektur bangunan berbagai masjid terkenal di dunia. Masjid ini selain sebagai saran ibadah juga digunakan sebagai sarana penyebaran agama islam di Pulau jawa.

Kabupaten Tuban merupakan kbupaten pertama pada masa pemerintahan Mojopahit yang bupatinya memeluk agama Islam. Peran penting Tuban yang saat itu menjadi bandar perdagangan Internasional yang banyak dikunjungi pedagang dari penjuru dunia termasuk pedagang dari Persia, Irak, India yang membawa penyebar agama Islam
.
Keunikan masjid ini anataralain merupakan peninggalan Wali Songo dan disekitar masjid dan kompleks mkam unan Bonang ditemukan kitab al-Quran kuno dari kulit, keramik Cina, Pusaka, Sarkofagus, dll. Yang saat ini di simpan di museum Kambang Putih Tuban.

Sumber: Direktori masjid Bersejarah
Departemen Agama RI

Wisata Air Terjun Nglirip

Wisata  air terjun Nglirip yang terletak di wilayah Kecamatan Singgahan, lebih kurang 35 KM arah barat daya dari Kota Tuban. Untuk mencapai lokasi ini bagi para pengunjung yang tidak menggunakan mobil pribadi dapat menggunakan angkutan umum. Terdapat dua rute angkutan yaitu:

Rute pertama melalui Montong; yaitu naik angkutan umum dari terminal Tuban dengan jurusan Montong, kemudian dilanjutkan dengan naik kendaraan jurusan Jojogan. Objek wisata Nglirip terletak antara Montong - Jojogan, sehingga para pengunjung dapat langsung melihatnya jika melewati rute ini.

Rute kedua melalui Singgahan dari terminal Tuban naik bis jurusan Jatirogo, bis ini akan transit di terminal Kab. Bojonegoro yang kemudian dilanjutkan ke tujuan utama, Jatirogo. Jika pengunjung memilih rute ini, dapat turun di pertigaan Warung Anjlok - Jojogan. Dari sini, Nglirip hanya berjarak kurang dari satu kilo meter. Jika tidak malas, anda dapat berjalan kaki sampai ke Nglirip, atau naik angkutan jurusan Montong.

Sesampainya di sini para pengunjung akan menyaksikan pemandangan sangat indah, dari pinggir jalan saja kita dapat melihat jatuhnya air dari tebing yang di atasnya terdapat jembatan kecil. Bagi yang ingin menyusuri aliran bawah air terjun harap berhati-hati, karena jalanan setapak akan sangat licin, terutama di musim hujan.

Yang tampak oleh mata jika berada di bawah air terjun Nglirip adalah derasnya air yang jatuh dengan bebas dari ketinggian kurang lebih 25 M, satu hal lagi jika kita perhatikan dengan baik bahwa terdapat goa yang cukup besar di balik air terjun ini. Dahulu kala dipercayai sebagai tempat bersemedi bagi leluhur yang berilmu tinggi.

Jika mau menuju ke arah timur dari lokasi air terjun, para pengunjung akan mendapatkan lokasi sumber air alam (Kerawak) yang ke luar dengan derasnya di tepian sungai. Sudah pasti ini akan membuat para pengunjung ingin mandi. Lokasi ini masih sangat alami, belum ada bangunan apapun, dan sekali lagi agar berhati-hati karena banjir dadakan dapat datang tiba-tiba terutama di musim hujan.

Bila menuju ke arah timur lagi dari lokasi sumber air, pengunjung dapat menjumpai lokasi berkumpulnya kelelawar, yaitu Goa Lawa. Untuk mencapai lokasi ini harus berjalan kaki 2 kilo lagi arah timur, penggemar wisata goa juga dapat mengunjungi Goa Putri Asih yang baru saja di ekplorasi akhir tahun 2002 lalu, konon goa ini lebih luas dari Goa Akbar yang berada tepat di tengah Kota Tuban. dede/net

Selasa, 14 Desember 2010

Museum Kambang Putih

Bagi mayoritas masyarakat di Indonesia, berwisata ke museum tidak semenarik seperti berwisata ke objek-objek wisata lain layaknya ke pantai, bermain di arena permainan, dan lain-lain sebagainya. Dan pada umumnya yang datang mengunjungi museum hanyalah para pelajar dan biasanya hanya dilakukan sebagai prasyarat untuk mata pelajaran tertentu. Masih lekat di ingatan, terakhir kali saya mengunjungi museum sekitar 6 tahun yang lalu atau kelas 2 SMP, dimana saat itu tujuan kunjungan saya adalah untuk keperluan tugas yang mewajibkan saya untuk mengunjungi museum dan membuat laporannya. 


Hal tersebut sangat berbeda dengan budaya negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris. Masyarakat disana justru sangat gandrung untuk melakukan wisata ke museum, dan pemerintahnya pun sangat menfasilitasi dengan merawat museum dengan baik.

Museum Kambang Putih merupakan satu-satunya museum yang berada di Kabupaten Tuban. Lokasinya sangat strategis di tengah kota Tuban dan berada di kawasan yang sama dengan alun-alun kota Tuban, Masjid Agung, serta Makam Sunan Bonang yang cukup ramai dikunjungi penduduk setempat dan juga wisatawan dari luar kota. Di Museum Kambang Putih kita akan menemukan benda-benda bersejarah yang dikumpulkan dari berbagai daerah di Kabupaten Tuban. 

setibanya di dalam saya pun berdecak kagum karena ternyata pada satu bagian museum terdapat koleksi uang Indonesia sejak pertama kali di keluarkan. Uang Indonesia yang pertama kali dikeluarkan  adalah ORI (Oeang Republik Indonesia) bulan Oktober tahun 1946, dicetak di desa Kendal Payak, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dicetak di atas kertas yang masih sederhana, desainnya pun masih sederhana. Dan ada juga RIS (Republik Indonesia Serikat), yaitu uang yang dikeluarkan pada tahun 1950 untuk menggantikan uang NICA dan ORI dari peredaran, yang kemudian digantikan dengan uang RI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1952/1952. 

dengan wisata sejarah seperti mengunjungi museum akan memberi wawasan yang lebih dalam menegenai sejarah bangsa kita

Senin, 13 Desember 2010

Pahlawan Kadet Soewoko

Salah satu pahlawan kemerdekaan yang cukup dikenal di Lamongan yakni Kadet Soewoko. Dia dikenal dengan kisah perjuangannya yang sangat heroik ketika menghadapi agresi Belanda ke-II pada 1949.Soewoko sebenarnya bukan asli Lamongan, tetapi kelahiran Desa Lumbangsari Kecamatan Krebet Malang pada 1928. Setelah lulus sekolah kadet di Malang, dia kemudian ditugaskan menjadi komandan regu I seksi I kompi I pasukan tamtama Kdm (Kodim) Lamongan.

Dia meninggal pada 9 Maret 1949 dalam suatu pertempuran yang sengit melawan tentara Belanda di wilayah Desa Gumantuk Kecamatan Sekaran. Berarti dia meninggal pada usia yang baru 21 tahun dan belum menikah.

Berdasarkan catatan sejarah Kodim 0812 Lamongan, kisah nyata yang heroik perjuangan Kadet Soewoko tersebut terjadi pada hari Minggu, 9 Maret 1949 menjelang siang. Ketika sedang beristirahat di sebuah langgar di Desa/Kecamatan Laren, regu Kadet Soewoko mendapat laporan penduduk kalau ada truk tentara Belanda yang terperosok di parit wilayah Desa Parengan (dulu masuk Kecamatan Sekaran, sekarang masuk Kecamatan Maduran). Truk tersebut mengangkut 12 serdadu Belanda.

Saat itu anggota regu Soewoko berjumlah delapan orang, namun hanya memiliki 7 senjata api peninggalan Jepang. Mereka kemudian sepakat akan menyerang tentara Belanda tersebut. Satu anggotanya bernama Soemarto ditinggal karena jumlah senjata hanya tujuh.Begitu mendekati sasaran tembak, tiba-tiba datang truk power wagon berisi penuh serdadu Belanda untuk membantu truk yang terperosok parit itu. Sehingga kekuatan Belanda menjadi berlipat sekitar 37 orang.

Meski kekuatan lawan berlipat, ternyata regu Soewoko tidak nyiut nyalinya. Mereka tetap melakukan serangan gencar. Beberapa serdadu Belanda langsung terjungkal ditembak regu Soewoko.Dua orang anggota regu berhasil menerobos kepungan musuh, satu orang pura-pura mati dan nahas bagi Soewoko yang tertembak kedua bahunya dan tergeletak tidak mampu melakukan perlawanan.

Beberapa serdadu Belanda kemudian mendekati dan menanyakan namanya dengan bentakan. Soewoko pada saat itu mengaku bernama Soewignyo. Dia kemudian diajak ikut ke pos Belanda di Sukodadi tetapi tidak mau. Dia bahkan berkata ''Saya tidak mau menyerah, bunuh saya..!. Serdadu Belanda marah, kemudian menusuk dada kiri Soewoko dan ditembak pipinya sehingga langsung gugur. Dia bersama tiga anggota regunya yang lain yang gugur dalam pertempuran itu langsung dimakamkan oleh warga setempat di desa itu tanpa dimandikan karena dinilai mati syahid. Adegan heroik itu disaksikan anggota regunya yang pura-pura meninggal. Jenazah Kadet Soewoko bersama tiga temannya tersebut kemudian dipindah ke taman makam pahlawan Kusuma Bangsa Lamongan.

Kisah heroik Kadet Soewoko tersebut kemudian diabadikan dengan dibangunnya patung Kadet Soewoko pada 1975 dan kata-katanya terakhir juga dipahatkan di patung tersebut. Patung itu terletak di pintu masuk Kota Lamongan sebelah timur. Salah satu jalan protokol di Kota Lamongan juga diberi nama Jalan Soewoko. ''Empat anggota regu Kadet Soewoko yang yang masih hidup, kemudian bertugas ke luar Lamongan, ada yang di Bandung, Jakarta, dan Malang,'' kata Pasi Teritorial Kodim 0812 Lamongan, Kapten Arh GN Putu Ardana.